Sunday, February 8, 2009

Azwardi '81

Oleh Ahmad Himawan ‘81

Dari dulu sampai sekarang potongannya tidak tinggi, aku nggak bilang kecil ya. Berbeda loh tidak tinggi sama kecil. Walaupun kecil, eh tidak tinggi Azwardi pandai bermain volley meskipun sebatas pertadingan class meeting.

Tata rambutnya mengingatkan kita kepada vokalis changchuters, kalau menyisir selalu ada jambulnya, ini stateginya supaya selalu lolos dari rahazia rambut gondrong. Orang-orang pada gondrong belakangnya tetapi dia gondrong jambulnya, jadi rambutnya nggak pernah kena kerah.


Pernah bokapnya nggak masuk kantor karena gesper alias ikat pinggang bokapnya dijadikan tas sekolah walaupun yang dibawa hanya 2 buah buku tulis. Tas yang kala itu paling ngetrend di tahun 81an.

Bukan itu saja, hampir semua model tas di era 81an dikoleksinya, 2 piringan hitam bekas yang dilubangi bagian tepinya, dia punya. Tas dari karung goni dia juga punya. Koleksinya yang paling banyak adalah tas kantong asoy beberapa warna.

Bunyi knalpot motor bebek kesayangannya 7 rupa, kadang halus nyaris tak terdengar, kadang tidak terdegar sama sekali kalau sedang mogok, kadang brebek-brebek seperti air mendidih kalau melewati banjir, kadang ngebass bagaikan motor gede yang membuat orang menepi dan keki karena yang lewat ternyata motor kecil dengan orang yang kecil, eh tidak tinggi. (dakika: Wati, Akbar, Eny, Elo, Roy, Lisa, Diah, Lucy, Eko, Tesi, Susi, Ester, Tri, Jendro, Gaus, Azwardi)


Ada teman yang demen bunyinya, tapi ada juga teman yang mendengarnya sembari menutup kuping sekaligus hidung. Secara statistik lebih banyak yang sebel terutama guru, abisan berisiiiiiiiiiiiiiik sih.

Kalau naik motor dengkul kanan dan dengkul kiri bersedengkul alias merapat, alasannya supaya mudah zig-zag dan seimbang, namun alasan sebenarnya ada barang kecil yang takut terjatuh.

Suka sekali ngebut di keramaian sambil berimajinasi menjadi Ali Topan Anak Pasar Manggarai.

Pokoknya ingat Azwardi, ingat komik Tintin lagi naik motor.

Itu dulu, Azwardi kini sudah menjadi Owner …………… ownernya milis Smandel 81, Kata mutiaranya bisa dilihat berikut ini.

to: bouncing-ers
Keliatannya udah cukup banyak anggota yang berstatus bouncing...
Akan dilakukan pendataan ulang anggota... kalo' dalam waktu 2 bulan
kedepan gak ada respon kemungkinan besar akan diREMOVE...

Trims
Azwardi as the O(wner)

Friday, February 6, 2009

Denny Sudradjat '81

Sewaktu aku diminta teman-teman menuliskan biografiku rasanya sedikit ragu, walaupun aku punya pengalaman segudang yang terlalu sayang untuk dilupakan. Berikut biografiku atau lebih tepatnya biografi bangor selama di Smandel.

Denny duduk pakai topi putih

Aku ke sekolah selalu menggunakan motor trail kecil merek Yamaha sejak bersekolah di SMP 3, motor yang masuk dalam “catatan SMAN 8”. Bagaimana tidak masuk catatan, motor itu pernah kunaiki di lantai bawah di gang antara kantor guru, kantor kepala sekolah, kantor TU, perpustakaan, dan kelas saat sekolah belum bubaran. Bu Hilma memanggilku, ingin berkenalan rupanya.

Aku pernah menginap di rumah temanku Yulistiadi namun lupa membawa sepatu , lihat http://goresan-kenakalan.blogspot.com/2008/12/sepatu-bapaknya-ipeng.html , aku lupa bahwa yang kupakai bukan sepatu bapaknya Ipeng. Untuk itu kesalahan sudah aku perbaiki sekaligus mohon maaf kepada Ipeng dan bapaknya yang kusangkut-pautkan dengan ceritaku.

Tas sekolahku beragam dan sangat menarik, maksudku menarik perhatian guru untuk memanggilku, memanggil dan memarahi lengkapnya. Memakai tas dari kantong terigu, dipanggil. Tas anyaman akar dari Papua, juga dipanggil.

Ketika ijazah yang dapat digunakan untuk melamar perkerjaan hilang, akupun membawa fotocopynya untuk dilegalisir, dibantu oleh Gustav ’81, kini Kepala TU, Gustav memperlihatkan catatan kelakuan burukku, yang ternyata banyak banget, sayangnya domentasi sejarah itu hilang ditelan banjir, aku pikir hanya dipanggil, ternyata dicatat juga.

Setiap pagi makan tempe mendoan di warung Mak Gopang yang lebih sering ngutang daripada bayar.

Aku pernah meminjam supir bapaknya Rosana, bukan untuk jalan-jalan tapi untuk mengambil raport, “Siapa namanya An? Gue lupa”

Rosana menulis,
Cerita lama mulai berhamburan, ... berterbangan,....bersahutan....bersilangan.. seru juga nih. Chormen pasti senang juga karena banyak ide cerita yang bisa dia pungut'in untuk masuk blognya. Dan gue nunggu foto-foto jadul lain yang siap gue pungut juga dong...


Denny,
Supir gue Pak Napi namanya... dulu lo "pinjem" dia waktu kelas 2 apa kelas 3 yaa??
Pak Napi juga sering banget di"bawa-2" ama kakak gue untuk nongkrong bareng temen-temennya.... (waktu itu kakak gue gak mau langsung pulang, tapi main dulu,.. jajan dll... alasannya praktikum,... padahal yang praktikum gue... ha..ha..ha.. kakak gue juga lagi seneng2 bawa mobil so P. Napi disuruh duduk manis aja dibelakang, .... padahal P. Napi deg-deg an juga, karena mobil yang dibawa mobil dinas, toyota kanvas (tentara) yang remnya pake dikocok-kocok dulu).

Pengalamanku di Puapala menurun kepada anak-anakku mereka juga hobby hidup di alam bebas dan peduli dengan kelestarian alam, walaupun pengalamanku di Puapala hanya sebatas ditunjuk sebagai keamanan saja.

Kini aku tinggal di Way Kambas, Lampung Timur. Kalau lihat plang ini mampir ya.